Di Maharkan Barang Bertuah Bagi Yang Membutuhkan

Selasa, 31 Mei 2011





1. Taring Macan = Mahar Rp. 150.000,-
2. Keris Semar = Mahar Rp. 75.000,-

3. Keris Luk 3 Kuningan Asihan jaga diri penglaris = Mahar Rp. 500.000,-

KERIS GALUH BERDIRI

Senin, 23 Mei 2011

Ayat Al-Quran surah Al-Baqarah - Ayat 32
Qaloo subhanaka laAAilma lana illa ma AAallamtanainnaka anta alAAaleemu alhakeem
“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Keris Jangkung Luk 3
Keris Galuh Berdiri 1

SHOLAWAT WAHIDIYAH

SHOLAWAT WAHIDIYAH

SHOLAWAT WAHIDIYAH BERFAEDAH MENJERNIHKAN HATI DAN
MA’RIFAT BILLAH wa ROSUULIHI SAW.

ILAA HADLROTI SAYYIDINAA MUHAMMADIN SHOLLALLOOHU’ALAIHI WASSALAM, ALFAATIHAH ! (membaca Surat Fatihah 7x)
Di hadiyahkan ke haribaan Junjungan kami Kanjeng Nabi Besar Muhammad Shollallohu ‘alaihi Wasallam. Al-Fatihah

WA ILAA HADLROTI GHOUTSI HAADAZ-ZAMAN WAA’AWAANIHI WASAAAIRI AULIYAAILLAAHI RODLIYALLOOHU TA’AALA ‘ANHUM ALFAATIHAH ! (membaca Surat Fatihah 7x)
Dan di hadiyahkan ke pangkuan Ghoutsi Hadhazzaman, Para Pembantu Beliau dan segenap Kekasih ALLOH, Rodiyallohu ta’alaa Anhum. Al-Fatihah

ALLOOHUMMA YAA WAAHIDU YAA AHAD, YAA WAAJIDU YAA JAWAAD, SHOLLI WASALLIM WABAARIK ‘ALAASAYYIDINAA MUHAMMADIW-WA’ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD. FII KULLI LAMHATIW WA NAFASIM BI’ADADI MA’LUMAATILLAAHI, WA FUYU DHOTIHI WA AMDAADIH. …….(100X)
Yaa Alloh, Yaa Tuhan Maha Esa, Yaa Tuhan Maha Satu, Yaa Tuhan Maha Menemukan, Yaa Tuhan Maha Pelimpah, limpahkanlah sholawat salam barokah atas junjungan kami Kanjeng Nabi Muhammad dan atas keluarga Kanjeng Nabi Muhammad pada setiap kedipnya mata dan naik turunnya napas sebanyak bilangan segala yang Alloh Maha Mengetahui dan sebanyak kelimpahan pemberian dan kelestarian pemeliharaan Alloh.

ALLOOHUMMA KAMAA ANTA AHLUH; SHOLLI WASALLIM WABAARIK ‘ALAASAYYIDINAA WAMAULAANAA,WASYAFII’INAA,WAHABIIBINAA,WAQURROTI A’YUNINAA MUHAMMADIN SHOLLALLOOHU’ALAIHI WASALLAMA KAMAA HUWA AHLUH; NAS-ALUKALLOOHUMMA BIHAQQIHI AN TUGHRIQONAA FII LUJJATI BAHRIL WAHDAH; HATTAA LAA NAROO WALAA NASMA’A, WALAA NAJIDA WALAA NUHISSA, WALAA NATAHARROKA WALAA NASKUNA ILLAA BIHAA; WATARZUQONAA TAMAAMA MAGHFIROTIKA YAA ALLOH, WATAMAAMA NI’MATIKA YAA ALLOH, WATAMAAMA MA’RIFATIKA YAA ALLOH, WATAMAAMA MAHABBATIKA YAA ALLOH, WATAMAAMA RIDLWANIKA YAA ALLOH; WASHOLLI WASALLIM WABAARIK ‘ALAIHI WA’ALAA AALIHI WASHOHBIH. ‘ADADAMAA AHAATHOBIHII ‘ILMUKA WAAHSHOOHU KITAABUK; BIROHMATIKA YAA ARHAMAR-ROOHIMIIN, WALHAMDU LILLAAHI ROBBIL’AALAMIIN…………. (7X)
Yaa Alloh, sebagaimana keahlian ada pada-MU, limpahkanlah sholawat salam barokah atas Junjungan kami, Pemimpin kami, Pemberi Syafa’at kami, Kecintaan kami, dan Buah jantung hati kami Kamjeng Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi WaSallam yang sepadan dengan keahlian Beliau, kami bermohon kepada-MU Yaa Alloh, dengan hak kemuliaan Beliau, tenggelamkanlah kami didalam pusat dasar samudra ke-Esaan-MU sedemikian rupa sehingga tiada kami melihat dan mendengar, tiada kami menemukan dan merasa, dan tiada kami bergerak maupun berdiam, melainkan senantiasa merasa didalam samudra Tauhid-MU dan kami bermohon kepada-MU Yaa Alloh, limpahilah kami ampunan-MU yang sempurna Yaa Alloh, ni’mat karunia-MU yang sempurna Yaa Alloh, sadar ma’rifat kepada-MU yang sempurna Yaa Alloh, cinta kepad-MU dan menjadi kecintaan-MU yang sempurna Yaa Alloh, ridho kepada-MU dan memperoleh ridho-MU pula yang sempurna Yaa Alloh. Dan sekali lagi Yaa Alloh, limpahkanlah sholawat salan dn barokah atas Beliau Kanjeng Nabi dan atas keluarga dan sahabat Beliau sebanyak bilangan segala yang diliputi oleh Ilmu-MU dan termuat di dalam Kitab-MU, dengan Rahmat-MU Yaa Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan segala puji bagi Alloh Tuhan seru sekalian alam.

YAA SYAFI’AL-KHOLQISH-SHOLAATU WASSALAAM ” ‘ALAIKA NUUROL KHOLQI HAADIYAL ANAAM
WA ASHLAHUU WA RUUHAHU ADRIKNII ” FAQODH DHOLAMTU ABADAW-WAROBBINII
WA LAISA LII YAA SAYYIDII SIWAAKA ” FA-IN TARUDDA KUNTU SYAKHSON HAALIKAA …….(3x)
Duhai Kanjeng Nabi pemberi Syafa’at makhluq Kepangkuan-MU sholawat dan salam kusanjungkan ¨ Duhai Nur cahaya makhluq , pembimbing manusia ¨ Duhai unsur dan jiwa makhluq,bimbing dan didiklah diriku ¨ Maka sungguh aku manusia yang dholim selalu ¨ tiada arti diriku tanpa engkau Duhai Yaa Sayyidii ¨ jika engkau hindari aku (akibat keterlaluan berlarut-larutku), pastilah ‘ku ‘kan hancur binasa.

YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !……. (7x)
Duhai Pemimpinku, Duhai Utusan Alloh

YAA AYYUHAL-GHOUTSU SALAAMULLOOH ” ‘ALAIKA ROBBINII BI-IDZNILLAAH
WANDHUR ILAYYA SAYYIDII BINADHROH ” MUUSHILATIL-LIL-HADLROTIL’ALIYYAH……. (3x)
Duhai Ghoutsu Hadhaz Zaman, kepangkuan-MU salam Alloh kuhaturkan ¨ Bimbing dan didiklah diriku dengan izin Alloh ¨ dan arahkan pancaran sinar Nadroh-MU kepadaku Duhai Yaa Sayyidii ¨ radiasi batin yang mewusulkan aku sadar kehadirat Maha Luhur Tuhanku

YAA SYAAFI’AL-KHOLQI HABIIBALLOOHI ” SHOLAATUHUU’ALAIKA MA’SALAAMIHII,
DHOLLAT WA DHOLLAT HIILATII FII BALDATII ” KHUDZ BIYADII YAA SAYYIDII WAL UMMATII ……. (3x)
Duhai Kanjeng Nabi penberi Syafa’at makhluq, duhai Kanjeng Nabi Kekasih Alloh ¨ Kepangkuan-MU sholawat dan salam Alloh aku sanjungkan ¨ jalanku buntu, usahaku tak menentu buat kesejahteraan negriku ¨ cepat, cepat, cepat raihlah tanganku Yaa Sayyidii tolonglah diriku dan seluruh ummat ini.

YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !……. (7x)
Duhai Pemimpinku, Duhai Utusan Alloh

YAA ROBBANALLOOHUMMA SHOLLI SALLIMI ” ‘ALAA MUHAMMADIN SYAFII’IL UMAMI,
WAL-AALI WAJ-‘ALIL ANAAMA MUSRI’IIN ” BIL-WAAHIDIYYATI LIROBBIL-‘AALAMIIN
YAA ROBBANAGH-FIR YASSAIR IFTAH WAHDINAA ” QORRIB WA-ALLIF BAINANAA YAA ROBBANAA……. (3x)
Yaa Tuhan kami Yaa Alloh, limpahkanlah Sholawat dan Salam ¨ atas Kanjeng Nabi Muhammad pemberi Syafa’at ummat ¨ dan atas keluarga Beliau, dan jadikanlah ummat manusia cepat-cepat lari, ¨ lari kembali mengabdikan diri dan sadar kepada Tuhan Semesta alam, ¨ Yaa Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, permudahkanlah segala urusan kami, bukalah hati dan jalan kami, dan tunjukilah kami ¨ , pereratlah persaudaraan dan persatuan diantara kami, Yaa Tuhan kami.

ALLOOHUMMA BAARIK FIIMAA KHOLAQTA WAHAADZIHIL BALDAH YAA ALLOH, WA FII HAADZIHIL MUJAAHADAH YAA ALLOH !……. (7X)
Yaa Alloh limpahkanlah berkah didalam segala makhluq yang engkau ciptakan, dan didalam negri ini Yaa Alloh, dan didalam mujahadah ini Yaa Alloh

I S T I G H R O O Q ! ( Diam tidak membaca apa-apa, segenap perhatian lahir bathin, fikiran dan perasaan dipusatkan hanya kepada ALLOH! Tidak ada acara selain ALLOH ) ALFAATIHAH ! (1X) Kemudian berdo’a seperti di bawah ini

BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM,

( ALLOOHUMMA BIHAQQISMIKAL A’DHOM WABIJAAHI SAYYIDINAA MUHAMMADIN SHOLLALLOHU ‘ALAIHI WASALLAM WABIBARAKATI GHOUTSI HADZAZ-ZAMAAN WA A’WAANIHI WA SAAIRI AULIYAAIKA YAA ALLOH, YAA ALLOH, YAA ALLOH, RODLIYALLOOHU TA’AALA’ANHUM 3X )
Dengan Nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang( Yaa Alloh, dengan hak kebesaran Asma-MU, dan dengan kemuliaan serta keagungan Kanjeng Nabi Mahammad Sollallohu ‘Alaihi WaSallam, dan dengan Barokahnya Ghoutsu Hadhaz Zaman wa A’wanihi serta segenap Auliya’ Kekasih-MU Yaa Alloh, Yaa Alloh Rodiyallohu Ta’ala Anhum

( BALLIGH JAMII’AL ‘ALAMIIN NIDAA-ANAA HAADZAA WAJ’AL FIIHI TAKTSIIROM-BALIIGHOO 3X )
Sampaikanlah seruan kami ini kepada jami’al Alamin dan letakkanlah kesan yang sangat mendalam

( FAINNAKA ‘ALAA KULLI SYAI-INGQODIIR WABIL IJABATI JADIIR 3X )
Maka sesungguhnya engkau Maha Kuasa berbuat segala sesuatu dan Maha Ahli memberi ijabah

FAFIRRUU ILALLOOH ! …….(7X) = Larilah kembali kepada Alloh !


WAQUL JAA-ALHAQQUWAZAHAQOL BAATHIL INNAL BAATHILA KAANA ZAHUUQOO !……. (3X)
Dan katakanlah (wahai Muhammad) perkara yang hak telah datang dan musnahlah perkara yang batal, sesungguhnya perkara yang batal itu pasti musnah.Al-Fatihah ( membaca surat Al-Fatihah satu kali )

FAFIRRUU ILALLOH dan WAQUL JAA-ALHAQQU… dibaca bersama-sama imam dan ma’mum. Maknanya : Larilah kembali kepada Alloh ! Dan semoga akhlaq=akhlaq batal yang rusak dan merusakkan segera diganti oleh Alloh dengan akhlaq yang baik dan yang menguntungkan! Kedua ajakan tersebut ditujukan kepada segenap masyarakat manusia dan jin seluruh dunia, terutama ditujukan kepada pribadi si pembaca sendiri!

A L F A A T I H A H (1X) S e l e s a i

Syarat Al HIKMAH


Syarat-syarat pelajaran Al Hikmah :

1. Jangan tinggalkan sholat yang lima waktu
2. Taat kepada kedua Orangtua
3. Jangan berzina
4. Jangan berjudi
5. Jangan mencuri (menipu)
6. Jangan minum-minuman keras (khamer)
7. Jangan makan barang yang haram
8. Jangan menduakan Tuhan
9. Jangan berdusta
10. Jangan riya`
11. Jangan sombong
12. Jangan Syirik ,dengki, dendam
13. Jangan memfitnah

Semua itu garis besarnya menjadi dua pasal,

1. Tidak boleh melanggar hukum Negara RI
2. Tidak boleh melanggar hukum agama Islam


PENJELASAN ILMU HIKMAH

beberapa penjelasan alhikmah menurut abah haji iskandar..

ilmu alhikmah bukan ahli hikmah, bukan hijib, bukan aufak.

ilmu alhikmah adalah sirrullah....

alhikmah yang bergerak di perut adalah " lailahailallah "
alhikmah yang bergerak di tangan adalah " muhammadarosululloh "
karena tangan adalah utusan..

alhikmah sangat mudah.. cukup dengan menyebutkan nama allah dan mengeraskan perut itu sudah mencakup segala tujuan..
seperti untuk menghindari yang berniat jahat atau untuk pengobatan..

. mampu mengeraskan perut

tolak ukur para ikhwan adalah tergantung seberapa optimal nya dia mengeraskan perut.. ketika dia mamppu mengeraskan perut bagaikan batu.. berbicara dan bernafas tidak terganggu badan tidak kaku.. maka cara mengeraskan perut nya sudah optimal...

kalo menurut abah haji syaki.. kita di tuntut untuk mampu mengeraskan perut sambil menganggukan kepala...

oleh karena itu para ikhwan di tuntut untuk membiasakan mengeraskan perut..
selain untuk melatih kekerasan tetapi juga untuk menghindari bahaya bahaya yang akan muncul..

misalkan ketika sendang minum atau makan mengeraskan perut.. jika dalam makanan atau minuman terdapat racun maka gelas atau piringnya akan pecah.. sedangkan bagai mana jika bahan gelas atau piring nya bukan dari kaca.. maka otomatis makanan atau minuman itu tidak akan mampu kita ambil...

bahkan ketika para ikhwan di pukul kemudian dia mengeraskan perut tetapi yang memukul belum emosi benar sehingga tidak terpental dan ikhwan tetap terpukul.. maka pukulan itu tidak akan membahayakan ikhwan tsb..

tekniknya sangat mudah... karena hanya dengan mengeraskan perut dan menyebutkan nama allah... atau allahu akbar...

oleh karena itu jaman abah haji syaki dulu para perawat selalu di tekankan untuk mendidik para ikhwan dalam mengeraskan perut terlebih dahulu disamping memperbanyak wiridan...

banyak sekali penjelasan para ahli metafisika mengenai hubungan perut dan kekuatan tenaga dalam.... atau tenaga metafisik...

yang jelas manusia kelemahan terbesarnya adalah di perut akan tetapi disitu pula lah terdapat kekuatan yang sangat besar

"Ramalan Jayabaya"

Senin, 09 Mei 2011

"Ramalan Jayabaya"

Pancen amenangi jaman edan,
sing ora edan ora kaduman.
Sing waras padha nggragas,
sing tani padha ditaleni.
Wong dora padha ura-ura.
BegPancen amenangi jaman edan,
sing ora edan ora kaduman.
Sing waras padha nggragas,
sing tani padha ditaleni.
Wong dora padha ura-ura.
Begjane sing eling lan waspada.

Ratu ora netepi janji,
musna prabawane lan kuwandane.
Akeh omah ing ndhuwur kuda.
Wong mangan wong,
kayu gilingan wesi padha doyan rinasa
enak kaya roti bolu.

Yen bakal nemoni jaman:
akeh janji ora ditetepi,
wong nrajang sumpahe dhewe.
Manungsa padha seneng tumindak ngalah
tan nindakake ukum Allah.

Bareng jahat diangkat-angkat,
bareng suci dibenci.
Akeh manungsa ngutamakake reyal,
lali sanak lali kadang.
Akeh bapa lali anak,
anak nladhung biyunge.

Sedulur padha cidra,
kulawarga padha curiga,
kanca dadi mungsuh,
manungsa lali asale.
Rukun ratu ora adil,
akeh pangkat sing jahat jahil.

Makarya sing apik manungsa padha isin.
Luwih utama ngapusi.
Kelakuan padha ganjil-ganjil.
Wegah makarya kapengin urip,
yen bengi padha ora bisa turu.
Wong dagang barange saya laris, bandhane ludhes.

Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan.
Akeh wong nyekel bandha uripe sangsara.
Sing edan bisa dandan.
Sing mbangkang bisa nggalang
omah gedhong magrong-magrong.
Wong waras kang adil uripe nggragas lan kapencil.

Sing ora bisa maling padha digething.
Sing pinter duraka padha dadi kanca.
Wong bener thenger-thenger,
wong salah bungah-bungah.
Akeh bandha muspra ora karuwan larine.
Akeh pangkat drajat padha minggat ora karuwan sababe.

Bumi saya suwe saya mungkret.
Bumi sekilan dipajegi.
Wong wadon nganggo panganggo lanang.
Iku tandhane kaya raja kang ngumbar hawa napsu,
ngumbar angkara murka,
nggedhekake duraka.

Wong apik ditampik,
wong jahat munggah pangkat.
Wong agung kesinggung,
wong ala pinuja-puja.
Wong wadon ilang kawanitane,
wong lanang ilang kaprawirane.

Akeh jago tanpa bojo.
Wanita padha ora setya,
laku sedheng bubrah jare gagah.
Akeh biyung adol anak,
akeh wanita adol awak.
Bojo ijol-ijolan jare jempolan.

Wong wadon nunggang jaran,
wong lanang numpang slendhang pelangi.
Randha loro, prawan saaga lima.
Akeh wong adol ngelmu.
Akeh wong ngaku-aku,
njaba putih njerone dhadhu.

Ngakune suci, sucine palsu.
Akeh bujuk.
Wektu iku dhandhang diunekake kuntul.
Wong salah dianggep bener,
pengkhianat nikmat,
durjana saya sampurna.

Wong lugu keblenggu,
wong mulya dikunjara,
sing curang garang,
sing jujur kojur.
Wong dagang keplanggrang,
wong judhi ndadi.

Akeh barang kharam,
akeh anak-anak kharam.
Prawan cilik padha nyidham.
Wanita nglanggar priya.
Isih bayi padha mbayi.
Sing priya padha ngasorake drajate dhewe.

Wong golek pangan kaya gabah den interi.
Sing klebat kliwat,
sing kasep keplesed.
Sing gedhe rame tanpa gawe,
sing cilik kecelik.
Sing anggak kalenggak.

Sing wedi padha mati,
nanging sing ngawur padha makmur,
sing ngati-ati sambate kepati-pati.
Cina olang-aling kepenthung
dibandhem blendhung,
melu Jawa sing padha eling.

Sing ora eling
padha milang-miling,
mloya-mlayu kaya maling,
tudang-tuding.
Mangro tingal padha digething.
Eling, ayo mulih padha manjing.

Akeh wong ijir,
akeh wong cethil.
Sing eman-eman
ora kaduman,
sing kaduman
ora aman.

Selot-selote besuk
ngancik tutupe taun,
dewa mbrastha malaning rat,
bakal ana dewa
angejawantah,
apangawak manungsa.

Apasuryan padha Bathara Kresna.
Awewatak Baladewa.
Agegaman trisula wedha.
Jinejer wolak-waliking jaman,
wong nyilih mbalekake,
wong utang mbayar.

Utang nyawa nyaur nyawa,
utang wirang nyaur wirang.
Akeh wong cinokot lemud mati.
Akeh swara aneh tanpa rupa.
Bala prewangan, makhluk alus padha baris,
padha rebut bebener garis.

Tan kasat mata tanpa rupa,
sing mandhegani putra Bathara Indra,
agegaman trisula wedha.
Momongane padha dadi nayakaning prang,
perange tanpa bala,
sekti mandraguna tanpa aji-aji.

Sadurunge teka ana tetenger lintang kemukus dawa ngaluk-aluk,
tumanja ana kidul sisih wetan bener, lawase pitung bengi.
Parak esuk banter,
ilange katut Bthara Surya,
jumedhul bebarengan karo sing wus mungkur.
Prihatine kawula kelantur-lantur.

Iku tandhane putra Bathara Indra wus katampa
lagi tumeka ing ngarcapada,
ambiyantu wong Jawa.
Dununge ana sikile redi Lawu sisih wetan.
Adhedukuh pindha Raden Gathutkaca,
arupa gupon dara tundha tiga.

Kaya manungsa asring angleledha,
apeparab Pangeraning Prang,
tan pakra anggone anyenyandhang,
nanging bisa nyembadani ruwet-rentenge wong sapirang-pirang.
Sing padha nyembah reca ndhaplang,
cina eling, Syeh-syeh pinaringan sabda gidrang-gidrang.

Putra kinasih swarga Sunan Lawu,
ya Kyai Brajamusthi,
ya Kresna,
ya Herumurti,
mumpuni sakehing laku,
nugel tanah Jawa kaping pindho.

Ngerehake sakabehing para jim,
setan, kumara, prewangan.
Para lelembut kabawah prentah
saeka praya kinen abebantu manungsa Jawa.
Padha asenjata trisula wedha,
kadherekake Sabdopalon Nayagenggong.

Pendhak Suro nguntapake kumara,
kumara kang wus katam nebus dosanira,
kaadhepake ngarsane kang Kuwasa.
Isih timur kaceluk wong tuwa,
pangiride Gathutkaca sayuta.
Idune idu geni, sabdane malati, sing bregudul mesthi mati.

Ora tuwa ora enom,
semono uga bayu wong ora ndayani.
Nyuwun apa bae mesthi sembada,
garise sabda ora gantalan dina.
Begja-begjane sing yakin
lan setya sabdanira.

Yen karsa sinuyutan wong satanah Jawa,
nanging pilih-pilih sapa waskitha pindha dewa.
Bisa nyumurupi laire embahira,
buyutira, canggahira, pindha lair bareng sadina.
Ora bisa diapusi
amarga bisa maca ati.

Wasis wegig waskitha
ngreti sadurunge winarah,
bisa priksa embah-embahira,
ngawuningani jaman tanah Jawa.
Ngreti garise siji-sijining umat,
tan kalepyan sumuruping gegaman.

Mula den udia satriya iki,
wus tan bapa tan bibi,
lola wus aputus wedha Jawa.
Mula ngendelake trisula wedha,
landhepe trisula :
pucuk arupa gegawe sirik agawe pepati utawa utang nyawa.

Sing tengah sirik agawe kapitunaning liyan,
sing pinggir tulak talak colong jupuk winaleran.
Sirik den wenehi ati melathi, bisa kasiku.
Senenge anyenyoba, aja kaina-ina.
Begja-begjane sing dipundhut,
ateges jantrane kaemong sira sabrayat.

Ingarsa begawan wong dudu pandhita.
Sinebut pandhita dudu dewa.

Sinebut dewa kaya manungsa,
kinen kaanggep manungsa sing seje daya.
Tan ana pitakonan binalekake,
tan ana jantra binalekake.

Kabeh kajarwakake nganti jlentreh
gawang-gawang terang ndrandang.

Aja gumun aja ngungun,
yaiku putrane Bathara Indra kang pambayun,
tur isih kuwasa nundhung setan.
Tumurune tirta brajamukti, pisah kaya ngundhuh.

Ya siji iki kang bisa njarwakake
utawa paring pituduh jangka kalaningsun.

Tan kena den apusi
amarga bisa manjing jroning ati.
Ana manungsa kaiden katemu,
uga ora ana jaman sing durung kalamangsane.

Aja serik aja gela
iku dudu waktunira,
ngangsua sumur ratu tanpa makutha.
Mula sing amenangi gek enggala den luru,
aja nganti jaman kandhas.
Madhepa den amarikelu.

Begja-begjane anak putu, iku dalan sing eling lan waspada,
ing jaman Kalabendu nyawa.
Aja nglarang dolan nglari wong apangawak dewa,
dewa apangawak manungsa.
Sapa sing ngalang-ngalangi bakal cures ludhes sabraja dlama kumara.
Aja kleru pandhita samudana, larinen pandhita asenjata trisula wedha.

Iku paringe dewa.
Ngluruge tanpa wadyabala.
Yen menang datan ngasorake liyan.
Para kawula padha suka-suka
amarga adiling Pangeran wus teka.
Ratune nyembah kawula, agegaman trisula wedha.

Para pandhita ya padha ngreja,
yaiku momongane Kaki sabdopalon sing wus adus wirang.
jane sing eling lan waspada.

Ratu ora netepi janji,
musna prabawane lan kuwandane.
Akeh omah ing ndhuwur kuda.
Wong mangan wong,
kayu gilingan wesi padha doyan rinasa
enak kaya roti bolu.

Yen bakal nemoni jaman:
akeh janji ora ditetepi,
wong nrajang sumpahe dhewe.
Manungsa padha seneng tumindak ngalah
tan nindakake ukum Allah.

Bareng jahat diangkat-angkat,
bareng suci dibenci.
Akeh manungsa ngutamakake reyal,
lali sanak lali kadang.
Akeh bapa lali anak,
anak nladhung biyunge.

Sedulur padha cidra,
kulawarga padha curiga,
kanca dadi mungsuh,
manungsa lali asale.
Rukun ratu ora adil,
akeh pangkat sing jahat jahil.

Makarya sing apik manungsa padha isin.
Luwih utama ngapusi.
Kelakuan padha ganjil-ganjil.
Wegah makarya kapengin urip,
yen bengi padha ora bisa turu.
Wong dagang barange saya laris, bandhane ludhes.

Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan.
Akeh wong nyekel bandha uripe sangsara.
Sing edan bisa dandan.
Sing mbangkang bisa nggalang
omah gedhong magrong-magrong.
Wong waras kang adil uripe nggragas lan kapencil.

Sing ora bisa maling padha digething.
Sing pinter duraka padha dadi kanca.
Wong bener thenger-thenger,
wong salah bungah-bungah.
Akeh bandha muspra ora karuwan larine.
Akeh pangkat drajat padha minggat ora karuwan sababe.

Bumi saya suwe saya mungkret.
Bumi sekilan dipajegi.
Wong wadon nganggo panganggo lanang.
Iku tandhane kaya raja kang ngumbar hawa napsu,
ngumbar angkara murka,
nggedhekake duraka.

Wong apik ditampik,
wong jahat munggah pangkat.
Wong agung kesinggung,
wong ala pinuja-puja.
Wong wadon ilang kawanitane,
wong lanang ilang kaprawirane.

Akeh jago tanpa bojo.
Wanita padha ora setya,
laku sedheng bubrah jare gagah.
Akeh biyung adol anak,
akeh wanita adol awak.
Bojo ijol-ijolan jare jempolan.

Wong wadon nunggang jaran,
wong lanang numpang slendhang pelangi.
Randha loro, prawan saaga lima.
Akeh wong adol ngelmu.
Akeh wong ngaku-aku,
njaba putih njerone dhadhu.

Ngakune suci, sucine palsu.
Akeh bujuk.
Wektu iku dhandhang diunekake kuntul.
Wong salah dianggep bener,
pengkhianat nikmat,
durjana saya sampurna.

Wong lugu keblenggu,
wong mulya dikunjara,
sing curang garang,
sing jujur kojur.
Wong dagang keplanggrang,
wong judhi ndadi.

Akeh barang kharam,
akeh anak-anak kharam.
Prawan cilik padha nyidham.
Wanita nglanggar priya.
Isih bayi padha mbayi.
Sing priya padha ngasorake drajate dhewe.

Wong golek pangan kaya gabah den interi.
Sing klebat kliwat,
sing kasep keplesed.
Sing gedhe rame tanpa gawe,
sing cilik kecelik.
Sing anggak kalenggak.

Sing wedi padha mati,
nanging sing ngawur padha makmur,
sing ngati-ati sambate kepati-pati.
Cina olang-aling kepenthung
dibandhem blendhung,
melu Jawa sing padha eling.

Sing ora eling
padha milang-miling,
mloya-mlayu kaya maling,
tudang-tuding.
Mangro tingal padha digething.
Eling, ayo mulih padha manjing.

Akeh wong ijir,
akeh wong cethil.
Sing eman-eman
ora kaduman,
sing kaduman
ora aman.

Selot-selote besuk
ngancik tutupe taun,
dewa mbrastha malaning rat,
bakal ana dewa
angejawantah,
apangawak manungsa.

Apasuryan padha Bathara Kresna.
Awewatak Baladewa.
Agegaman trisula wedha.
Jinejer wolak-waliking jaman,
wong nyilih mbalekake,
wong utang mbayar.

Utang nyawa nyaur nyawa,
utang wirang nyaur wirang.
Akeh wong cinokot lemud mati.
Akeh swara aneh tanpa rupa.
Bala prewangan, makhluk alus padha baris,
padha rebut bebener garis.

Tan kasat mata tanpa rupa,
sing mandhegani putra Bathara Indra,
agegaman trisula wedha.
Momongane padha dadi nayakaning prang,
perange tanpa bala,
sekti mandraguna tanpa aji-aji.

Sadurunge teka ana tetenger lintang kemukus dawa ngaluk-aluk,
tumanja ana kidul sisih wetan bener, lawase pitung bengi.
Parak esuk banter,
ilange katut Bthara Surya,
jumedhul bebarengan karo sing wus mungkur.
Prihatine kawula kelantur-lantur.

Iku tandhane putra Bathara Indra wus katampa
lagi tumeka ing ngarcapada,
ambiyantu wong Jawa.
Dununge ana sikile redi Lawu sisih wetan.
Adhedukuh pindha Raden Gathutkaca,
arupa gupon dara tundha tiga.

Kaya manungsa asring angleledha,
apeparab Pangeraning Prang,
tan pakra anggone anyenyandhang,
nanging bisa nyembadani ruwet-rentenge wong sapirang-pirang.
Sing padha nyembah reca ndhaplang,
cina eling, Syeh-syeh pinaringan sabda gidrang-gidrang.

Putra kinasih swarga Sunan Lawu,
ya Kyai Brajamusthi,
ya Kresna,
ya Herumurti,
mumpuni sakehing laku,
nugel tanah Jawa kaping pindho.

Ngerehake sakabehing para jim,
setan, kumara, prewangan.
Para lelembut kabawah prentah
saeka praya kinen abebantu manungsa Jawa.
Padha asenjata trisula wedha,
kadherekake Sabdopalon Nayagenggong.

Pendhak Suro nguntapake kumara,
kumara kang wus katam nebus dosanira,
kaadhepake ngarsane kang Kuwasa.
Isih timur kaceluk wong tuwa,
pangiride Gathutkaca sayuta.
Idune idu geni, sabdane malati, sing bregudul mesthi mati.

Ora tuwa ora enom,
semono uga bayu wong ora ndayani.
Nyuwun apa bae mesthi sembada,
garise sabda ora gantalan dina.
Begja-begjane sing yakin
lan setya sabdanira.

Yen karsa sinuyutan wong satanah Jawa,
nanging pilih-pilih sapa waskitha pindha dewa.
Bisa nyumurupi laire embahira,
buyutira, canggahira, pindha lair bareng sadina.
Ora bisa diapusi
amarga bisa maca ati.

Wasis wegig waskitha
ngreti sadurunge winarah,
bisa priksa embah-embahira,
ngawuningani jaman tanah Jawa.
Ngreti garise siji-sijining umat,
tan kalepyan sumuruping gegaman.

Mula den udia satriya iki,
wus tan bapa tan bibi,
lola wus aputus wedha Jawa.
Mula ngendelake trisula wedha,
landhepe trisula :
pucuk arupa gegawe sirik agawe pepati utawa utang nyawa.

Sing tengah sirik agawe kapitunaning liyan,
sing pinggir tulak talak colong jupuk winaleran.
Sirik den wenehi ati melathi, bisa kasiku.
Senenge anyenyoba, aja kaina-ina.
Begja-begjane sing dipundhut,
ateges jantrane kaemong sira sabrayat.

Ingarsa begawan wong dudu pandhita.
Sinebut pandhita dudu dewa.

Sinebut dewa kaya manungsa,
kinen kaanggep manungsa sing seje daya.
Tan ana pitakonan binalekake,
tan ana jantra binalekake.

Kabeh kajarwakake nganti jlentreh
gawang-gawang terang ndrandang.

Aja gumun aja ngungun,
yaiku putrane Bathara Indra kang pambayun,
tur isih kuwasa nundhung setan.
Tumurune tirta brajamukti, pisah kaya ngundhuh.

Ya siji iki kang bisa njarwakake
utawa paring pituduh jangka kalaningsun.

Tan kena den apusi
amarga bisa manjing jroning ati.
Ana manungsa kaiden katemu,
uga ora ana jaman sing durung kalamangsane.

Aja serik aja gela
iku dudu waktunira,
ngangsua sumur ratu tanpa makutha.
Mula sing amenangi gek enggala den luru,
aja nganti jaman kandhas.
Madhepa den amarikelu.

Begja-begjane anak putu, iku dalan sing eling lan waspada,
ing jaman Kalabendu nyawa.
Aja nglarang dolan nglari wong apangawak dewa,
dewa apangawak manungsa.
Sapa sing ngalang-ngalangi bakal cures ludhes sabraja dlama kumara.
Aja kleru pandhita samudana, larinen pandhita asenjata trisula wedha.

Iku paringe dewa.
Ngluruge tanpa wadyabala.
Yen menang datan ngasorake liyan.
Para kawula padha suka-suka
amarga adiling Pangeran wus teka.
Ratune nyembah kawula, agegaman trisula wedha.

Para pandhita ya padha ngreja,
yaiku momongane Kaki sabdopalon sing wus adus wirang.

Tombak Peninggalan Sejarah

Jumat, 06 Mei 2011






Tombak Lurus
Dapur Biring Lanang
Pamor Wos utah
Tangguh Mataram
Panjang Bilah 27,5 Cm
Panjang Keseluruhan 44,5 Cm
@Tombak Pajajaran

Keris Dapur Tilam Upih 1

Keris Tilam Upih